Saturday, December 14, 2019

Mitigasi Bencana Melalui Literasi Revolusi Industri 4.0

Menjelang akhir tahun 2019, Forum Lingkar Pena  (FLP) bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mengadakan kegiatan sosialisasi bertema kan “Sosialisasi Aceh Tangguh Melalui Literasi 4.0”. Materi atau tema ini penting untuk disosialisasikan karena faktanya Indonesia berada di kawasan  rawan bencana atau dikenal juga dengan istilah Ring of Fire, tidak terkecuali Provinsi Aceh itu sendiri. Banyak hal yang masih harus dipelajari guna menghadapi datangnya bencana. Salahsatunya menghadirkan sikap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Sikap kesiapsiagaan bencana sangat penting dilakukan guna untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. Faktanya, Negara Indonesia termasuk ke dalam 5 negara yang paling sering terjadi bencana alam termasuk Negara JEpang, Amerika, Australia dan China.
Sebelumnya disebutkan, bahwa kawasan Indonesia berada dalam kawasan rawan bencana. Nah Bencana itu sendiri apa sih ? Seberapa penting untuk dipelajari? Dan apa saja hal-hal mengenai bencana yang harus dipelajari atau diketahui? Khususnya generasi milenial yang diharapkan mampu membantu pemerintah dalam mewujudkan terbentuknya masyarakat tanggap bencana melalui literasi revolusi industri 4.0.
Jika dilihat dari segi definisi yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. UU nomor 24 sudah mendefinisikan bahwa bencana dapat terbagi 3 jenis, yaitu bencana alam, bencana  non alam dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh alam, misalnya kejadian Tsunami yang
terjadi di Aceh beberapa tahun silam, tepatnya tahun 2006. Bencana non-alam yaitu bencana yang disebabkan oleh faktor non-alam, termasuk didalamnya seperti gagal teknologi, epidemik, dan masih banyak lainnya. Terakhir, bencana sosial yang merupakan bencana yang diakibatkan oleh manusia, baik itu berupa konflik antar suku, antar kelompok ataupun antar masyarakat, termasuk teror yang kerap terjadi belakangan ini.
Menurut Pak Jamaluddin yang merupakan seorang TOT Nasional Manajemen Bencana (BNPB), menjelaskan bahwa hal-hal mengenai mitigasi bencana sangat perlu untuk dipelajari. Terdapat beberapa persepsi yang keliru dikalangan masyarakat mengenai hakikat bencana itu sendiri. Perlu adanya perbaikan mindset dimana salah satunya beliau menyebutkan bahwa tidak selalu bencana alam itu berdampak buruk, dalam artian terkadang bencana dikirim Tuhan agar membuat alam menjadi tetap seimbang. Sebagai contoh, banjir yang kerap terjadi akhir-akhir ini  dan juga aliran lava letusan gunung berapi jika dilihat dari sudut pandang positif, maka dapat memberikan manfaat bagi keseimbangan alam. Hal ini disebabkan karena setiap bencana banjir dan letusan gunung berapi berakhir, daerah-daerah tersebut menjadi lebih subur dari sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan material-material yang terbawa pada saat bencana tersebut terjadi. Jadi, bencana bisa dipandang secara luas dan dari berbagai sudut. Tentu saja, kita tidak pernah mengharapkan bencana itu terjadi, namun, tidak dapat dipungkiri, bencana tetap akan menghantui negara kita, oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas kewaspadaan guna untuk menghadapi ancama dan kerentanan yang terjadi.
Pak Jamaluddin Memberikan Materi Mengenai Mitigasi Bencana
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya dalam definisi bencana, bahwa bencana bersifat merusak, baik dari segi fisik maupun non-fisik. Oleh karena itu, perlu adanya antisipasi atau usaha dari segala elemen baik itu pemerintah, stake holder, akademisi, aktivis dan masyarakat guna untuk mencapai kesiapsiagaan bencana dan mengurangi terjadinya risiko kerusakan. Banyak hal yang bisa dilakukan, misalnya penanggulangan bencana melalui kearifan lokal, kemudian pengadaan seminar dan pelatihan-pelatihan kebencanaan, pameran kebencanaan (exhibition) dan pemaparan informasi melalui literasi digital.
Jika dilihat dari unsur demografi sekarang ini, generasi milenial mendominasi jumlah penduduk di Indonesia. Generasi ini identik dengan pemahaman dan pemanfaatan dunia digital dan teknologi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi ini juga secara umum masih berada pada usia yang produktif dimana segala fungsi fisik dan mental masih tergolong kategori baik. Oleh karena itu, generasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam membantu pemerintah guna mempersiapkan sikap kesiapsiagaan bencana atau segala hal yang berhubungan dengan mitigasi bencana. Literasi revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan pemanfaatan teknologi secara optimal juga membutuhkan satu keterampilan atau skill yang utama selain membaca dan menulis, yaitu keterampilan berpikir kritis. Dengan kata lain kemampuan generasi sekarang untuk mengambil, mengolah informasi perlu “dibijaksanakan”.
Pemanfaatan dunia digital literasi atau literasi informasi revolusi industri 4.0  menjadi topik hangat untuk diilanjutkan atau disempurnakan. Pemerintah tentu saja sejak beberapa tahun belakangan sudah mencoba menggabungkan antara penyediaan informasi berbasis digital dalam menyampaikan informasi terkait kebencanaan, salah satunya melalui penerapan materi kebencanaan ke dalam kurikulum pendidikan, melalui penyediaan modul secara soft copy dan juga hard copy.
Banyak hal yang dapat dilakukan guna untuk memajukan konsep mitigasi bencana khususnya melalui literasi informasi revolusi industri 4.0.  masing-masing dari kita punya tanggung jawab. Sudah waktunya, pusat kebaikan dibagikan kepada orang banyak,khususnya pembagian ilmu mengenai mitigasi bencana. Perhatian bersama diperlukan, agar hidup lebih bermakna.


No comments:

Post a Comment

Siap-siap CPNS Tahun 2024 segera dibuka !

Kebutuhan ASN pada tahun 2024 masih harus dipenuhi secara tepat dan riil. Tahun 2024, khususnya pemerintah memberi alokasi yang cukup besar ...